Senin, 28 November 2011

Internet Sebagai Bisnis Online Jakarta - Kehadiran internet pada akhir dekade 90-an, telah mendorong penggunaan internet dalam berkomunikasi dan bertransaksi bisnis. Berdasarkan data International Telecommunication Union (ITU), pengguna internet dunia mencapai 2 miliar pada 2010. Sementara pengguna internet Indonesia pada 2010, menurut data Internet World Stats, telah mencapai 50 juta. Bahkan diprediksi, pengguna internet Indonesia pada 2012 menembus angka 100 juta. Pengguna internet yang semakin besar dari tahun ke tahun ini tentu merupakan potensi pasar yang perlu digarap. Pada awal internet sebagai media bisnis, barang yang laku dijual adalah barang yang tidak harus disentuh secara fisik seperti buku, tiket dan pemesanan hotel. Seiring perkembangan internet sebagai media bisnis, ternyata barang yang perlu disentuh secara fisik, seperti pakaian, sepatu, asesoris, dan elektronik, juga laku dijual melalui internet. Tidak ketinggalan peranan social media, seperti Facebook dan Twitter, dalam bisnis online. Menurut data Ipsos ASI wilayah Asia-Pasifik, pengguna Twitter Indonesia pada Oktober 2011 mencapai 4,5 juta online users. Sementara, berdasarkan data International Telecommunication Union, pengguna Facebook Indonesia mencapai 39,5 juta pada Oktober 2011. Kombinasi Facebook dan Twitter kini menjadi kewajiban bagi para pelaku usaha terutama dalam memasarkan bisnisnya. Namun lebih dari itu, social media memunculkan proses pertukaran informasi dan pengetahuan yang semakin cepat. Berbagai ide kreatif liar bertebaran setiap hari menunggu untuk ditangkap dan dijadikan bisnis atau tujuan lainnya. Pelaku kreatif yang memanfaatkan internet sebagai wadah pemasaran dan penjualan, harus memiliki 3 hal terpenting, yaitu email, social media dan website. Biaya untuk memanfaatkan internet sebagai wadah di atas tidak terlalu mahal, misalnya hanya Rp. 5 juta per tahun, disebut direct cost yaitu biaya yang langsung dikeluarkan pelaku untuk berbisnis secara online. Namun pelaku terkadang tidak memperhitungkan indirect cost, yaitu biaya untuk mempertahankan bisnis online sebagai bentuk investasi, seperti mempelajari internet, manajemen keuangan, manajemen bisnis, mengikuti seminar/pelatihan dan lain-lain. Contoh perusahaan yang memanfaatkan internet sebagai media pemasaran dan penjualan adalah juale.com; sakinah.com; infojajan.com; dealkeren.com; dan tanahabang.com. Permasalahan mendasar dari pelaku, dengan basis bisnis offline, yang memanfaatkan media online adalah mindset online offline. Pelaku terkadang memperlakukan bisnis online sama seperti pelaku menjalankan bisnis offline, padahal terdapat perbedaan besar antara cara berbisnis online dengan berbisnis offline.
Namun internet tidak hanya berperan sebagai media pemasaran dan penjualan suatu produk. Saat ini di Indonesia, internet juga mulai dimanfaatkan untuk mendapatkan customer insights (pandangan konsumen) dalam rangka menciptakan pasar terhadap suatu produk tertentu. Selain memiliki surat elektronik, social media dan website, pelaku harus melakukan penelitian, membuat produk, dan hal-hal lain yang memerlukan direct dan indirect cost yang besar. Pelaku kreatif ini tidak memiliki kendala pada mindset online offline, tetapi lebih pada penciptaan pasar terhadap produk berdasarkan customer insights atau tidak. Ini memerlukan riset yang mendalam dengan biaya dan waktu yang tidak sedikit. Hal ini bisa berarti menghasilkan produk yang menangkap target market tertentu atau menciptakan produk yang menciptakan segmen dan pasar yang benar-benar baru. Sebagai contoh adalah gantibaju.com yang mengundang desainer mengirimkan sketsa desain pakaian, kemudian pembeli men-vote-kan sketsa yang ingin diproduksi; musikkamu.com yang menyediakan layanan musik dengan lebih mendekatkan komunikasi dan hubungan emosional antara penyanyi dan penggemarnya; dan lain-lain. Para pelaku kreatif yang berbasiskan internet ini kebanyakan dapat berkembang melalui sokongan berbagai venture capital di luar negeri dan venture capital digital di Indonesia yang mulai bermunculan. Venture capital ini secara khusus dapat melihat dan melakukan valuasi terhadap potensi yang bersifat intangible dan menjadi subtitusi dari perbankan dan venture capital konservatif yang umumnya belum dapat memvaluasi potensi pelaku kreatif digital. Bagaimana dengan cara pembayaran transaksi bisnis online ini? Di Indonesia, cara pembayaran dilakukan melalui cash on delivery (45%); transfer atm (45%); pembayaran via internet/mobile banking dan via kartu kredit (10%). Kondisi ini menunjukan bahwa pembeli masih nyaman dan percaya dengan pembayaran cash on delivery dan transfer atm. Berbeda dengan transaksi di luar negeri yang banyak menggunakan credit card dan paypal yang pada akhirnya memudahkan pencatatan data transaksi internet. Dengan jumlah pengguna internet yang besar dan terus meningkat, termasuk social media users yang tinggi, maka internet telah menjadi salah satu media bisnis utama bagi pelaku bisnis/kreatif untuk memasarkan, menjual, dan menciptakan produknya. Pelaku usaha kreatif terutama yang berbasiskan media konvensional tidak boleh mengabaikan semakin besarnya pengaruh internet dalam kehidupan sehari-hari manusia. Optimalisasi internet akan melebarkan jangkauan bisnis para pengusaha media konvensional dan memudahkan menembus pasar luar negeri. Di sisi lain, internet telah membuka sebuah peluang lahirnya berbagai model bisnis kreatif baru yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan. Peluang ini harus ditangkap oleh para pelaku kreatif dan pemahaman mengenai pemanfaatan internet harus ditingkatkan, tidak hanya bagi para pelaku usaha kreatif, tapi juga lembaga keuangan, pemerintah, dan pihak-pihak terkait lainnya agar terbentuk ekosistem bisnis yang positif.